Sabtu, 03 Mei 2014

Cara Pengelolaan Makanan Bayi




Cara Pengelolaan Makanan Bayi

A.    Cara Pengelolaan Makanan Bayi
Asupan bayi sejak usia dini merupakan fondasi Kualitas SDM untuk mencapai sasaran MDG 2015. Growth faltering ( bayi usia 4 bulan disebabkan 2 hal : asupan dan  penyakit infeksi .
Cara pengelolaan makanan bayi sangatlah penting agar asupan makanan yang diperoleh bayi cukup dengan kebutuhan bayi yang sesuai dengan usianya. Dengan cara pengelolaan makanan bayi yang baik sehingga akan membantu tumbuh kembang bayi secara optimal
B.     Definisi Pemberian makanan Bayi
1.         Pemberian ASI Eksklusif (Exclusive breastfeeding)
Bayi hanya diberikan ASI tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan mineral dan ASI yang diperas.
2.         Pemberian ASI Predominan (Predominant breastfeeding)
Selain mendapat ASI, bayi juga diberi sedikit air minum, atau minuman cair lain, misal air teh.
3.         Pemberian ASI Penuh (Full breastfeeding)
Bayi mendapat salah satu ASI eksklusif atau ASI predominan

4.         Pemberian Susu Botol (Bottle feeding)
Cara pemberian makan bayi dengan susu apa saja, termasuk juga ASI diperas dengan botol.
5.      Pemberian ASI Parsial (Artificial feeding)
Sebagian menyusui dan sebagian lagi susu buatan/ formula atau sereal atau makanan lain.
6.      Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) tepat waktu (Timely complementary feeding)
Memberikan bayi makanan lain disamping ASI ketika waktunya tepat yaitu mulai 6 bulan.

C.     Pola Dan Jenis Makanan Bayi

UMUR
ASI
JENIS MAKANAN
0-6 Bulan
ASI
-
6-8 Bulan
ASI
Sari Buah
Bubur Halus/Bubur Susu, Tim Saring
8-10 Bulan
ASI
Sari Buah/Buah
Makanan Lunak
10-12 Bulan
ASI
Nasi Tim/Makanan Lengkap


D.     Makanan Pendamping ASI ( MP-ASI ) Dan Cara Pengolahannya
Makanan tambahan untuk bayi berumur diatas 6 bulan, karena ASI saja tidak cukup

1.         Jenis MP - ASI :
a.         Buah/sari buah
b.        Bubur susu
c.         Makanan lumat
d.        Makanan Lembik
2.         Cara Memberikan MP-ASI
a.    Berikan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk encer ke bentuk yang lebih kental
b.    Makanan diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan makanan betul-betul dapat diterima dengan baik
c.    Makanan yg menimbulkan alergi yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir
3.         Urutan Pemberian MP – ASI
a.    buah-buahan, tepung-tepungan, sayuran, daging ( telur diberikan pada usia 6 bulan )
b.    Cara memberikan makanan bayi mempengaruhi perkembangan emosionalnya, jangan dipaksakan, sebainya diberikan waktu lapar.
4.         Cara Pengolahan MP – ASI
a.    Buah – Buahan
1)      Pisang ( untuk 1 x makan )
Bahan : Pisang ambon/pisang raja 1 buah ( 100 gr )
Cara membuat : Pisang dicuci bersih, kupas, dilumatkan dgn sendok dan siap diberikan
2)      Pepaya ( untk 1 x makan )
Bahan : Pepaya 1 ptng ( 100 gr )
Cara membuat : Pepaya dihaluskan dgn sendok, siap diberikan pada bayi
3)      Sari Tomat
Bahan : tomat matang/warna merah 1 bh ( 100 gr )
Cara membuat : tomat dicuci bersih, direndam dlm air panas bbrp saat, diangkat, dikupas. Diletakan disaringan the, tekan-tekan dgn sendok sampai sarinya keluar semua. Sari tomat siap diberikan pd bayi.

4)      Sari jeruk( cukup untk satu kali makan
Bahan : jeruk siam/garut 1 buah ( 100 gr )
Cara membuat : jeruk dicuci bersih, dipotong melintang, diperas sambil disaring. Sari jeruk siap diberikan pada bayi.
b.    Bubur Tepung
1)      Bubur tepung susu ( Untk sekali makan )
Bahan : Tepung susu 15 gr, Tepung beras merah 15 gr, Gula pasir 2,5 gr, air masak 1 cangkir
Cara masak :
Susu diencerkan dgn air masak 1 cangkir,tpng beras dan gula pasir dicampur sedikit dgn susu yg telah diencerkan. Sisa susu dididihkan, campuran tepung dimasukan sambil terus diaduk. Bila sdh cukup masak angkat.
c.       Nasi Tim ( untk satu kali makan)
1)      Bahan : Beras 30 gr, Tempe 20 gr, Daging cincang 20 gr, tomat 5 gr, daun bayam 10 gr, wortel 20 gr, air 1 gelas belimbing.
Cara membuat :
Air didihkan, cuci beras, daging dicincang, tempe dipotong kecil-kecil, wortel dikupas dan diparut, tomat diiris kecil, daun bayam dicuci. Beras dimasukan kedlm air mendidih, masukkan daging cincang, sebelum diangkat masukan tempe menyusul wortel, tomat dan bayam. Panci ditutup sampai bahan masak.








Metode PRA dan contoh soal

Metode PRA dalam pelibatan dan pengembangan masyarakat

1.      Definisi PRA
PRA berasal dari kata Participatory yaitu Partisipatif (bersifat partisipasi), Rural dapat diartikan sebagai Desa, Appraisal adalah Pengkajian. Sehingga PRA adalah Pengkajian (Keadaan masyarakat desa (secara) partisipatif.
PRA dapat diartikan juga sebagai pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata.  Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang.  Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan.  Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan.  Metode dan pendekatan yang tampaknya sesuai dengan tuntutan paradigma itu adalah metode dan pendekatan yang partisipatif.
Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun 1990-an yang merupakan bentuk pengembangan dari metode Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan (PCKP) atau Rapid Rural Appraisal (RPA) yang menyebar pada tahun 1980-an.  Kedua metode tersebut saling berhubungan etar dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling melengkapi.  Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.
2.      Secara umum terdapat beberapa perbedaan antara RRA dan PRA (Chambers, 1996), yaitu :
No
KRITERIA
RRA
PRA
1
Kurun waktu perkembangan
Akhir 1970-an
Akhir 1980-an
2
Pihak yang mengembangkan
Perguruan Tinggi
Organisasi non-pemerintah
3
Pengguna utama
Lembaga Donor, Perguruan Tinggi
Organisasi non-pemerintah, organisasi lapang pemerintah
4
Potensi sumber informasi
Pengetahuan masyarakat
Kemampuan masyarakat setempat
5
Titik berat pengembangan
Metodologi
Perilaku
6
Titik berat pengguna
Elicitif, penggalian
Fasilitasi, partisipatif
7
Tujuan utama
Belajar melalui orang luar
Pemberdayaan masyarakat setempat
8
Hasil jangka panjang
Perencanaan, proyek, publikasi
Kelembagaan dan tindakan masyarakat yang berkelanjutan
3.      Tujuan penerapan metode PRA
Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers, 1996).  Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA anatar lain adalah : saliang belajar dan berbagi pengalaman, keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan program (Rochdyanto, 2000).  Metode tersebut dipandang telah memiliki teknis-teknis yang dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam seluruh kegiatan.  Pendekatan PRA memang bercita-cita menjadikan masyarakatmenjadi peneliti, perencana, dan pelaksana pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan.  Tekanan aspek penelitian bukan pada validitas data yang diperoleh, namun pada nilai praktis untuk pengembangan program itu sendiri.  Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat.  Selain itu melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin.
4.      Prinsip-Prinsip Pra
Tujuan kegiatan PRA yang utama ialah untuk menghasilkan rancangan program yang gayut dengan hasrat dan keadaan masyarakat.  Terlebih itu, tujuan pendidikannya adalah untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan mereka sendiri dan melakukan perencanaan melalui kegiatan aksi.
Beberapa hal prinsip yang ditekankan dalam PRA ialah :
a.       Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat
Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat.  Ini berarti bahwa PRA dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuian tradisional dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya sendiri.  Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat.  Kenyataan membuktikan bahwa dalam perkembangannya pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat mengejar perubahan yang terjadi, sementara itu pengetahuan modern yang diperkenalkan orang luar tidak juga selalu memecahkan masalah.  Oleh karenanya diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu program yang lebih baik.  PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang telah selesai, sempurna, dan pasti benar.  Oleh karenanya metode ini selalu harus dikembangkan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat.  Kesalahan yang dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses pengembangan PRA.  Bukannya kesempurnaanpenerapan yang ingin dicapai, namun penerapan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan mempelajari kekurangan yang terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik.  Namun PRA bukan kegiatan coba-coba (trial and error) yang tanpa perhitungan kritis untuk meminimalkan kesalahan.
b.      Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan, dan informal
Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang mempunyai masalah dan kepentingan sendiri.  Oleh karenanya keterlibatan semua golongan masyarakat adalah sangat penting.  Golongan yang paling diperhatikan justru yang paling sedikit memiliki aksesdalam kehidupan sosial komunitasnya (miskin, perempuan, anak-anak, dll).  Masyarakat heterogen memiliki pandangan pribadi dan golongan yang berbeda.  Oleh karenanya semangat untuk saling menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya.  Yang terpenting adalah pengorganisasian massalah dan penyusunan prioritasmasalah yang akan diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai pemiliknya.  Kegiatan PRA dilaksanakan dalam suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal.  Situasi santai tersebut akan mendorong tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut secara protokoler.  Dengan demikian suasana kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA berjalan dengan baik.
c.       Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku
Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll.  Perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama.  Bahkan dalam penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan.  Secara ideal sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.
d.      Konsep triangulasi
Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck).  Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
·         Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu bersama masyarakat bisa diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan program.
·         Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran data dan informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan menggunakan teknik lain.
·          Tim PRA yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda dari anggota tim akan memberi gambaran yang lebih menyeluruh terhadappenggalian informasi dan memberi pengamatan mendalam dari berbagai sisi.
e.       Optimalisasi hasil
Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi masyarakat yang semuanya terkait dengan dana.  Untuk itu optimalisasi hasil dengan pilihan yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan.  Oleh karenanya kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup.
f.       Berorientasi praktis
Orientasi PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program.  Dengan demikian dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai perkiraan yang hampir salah daripada kesimpulan yang hampir benar.
g.      Keberlanjutan program
Masalah dan kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri.  Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut.  Bagaimanapun juga program yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat.
h.      Mengutamakan yang terabaikan
Prinsip ini dimaksudkan agarmasyarakat yang terabaikan dapat memperoleh kesempatan untuk berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan.  Keperpihakan pada pihak atau golongan masyarakat yang terabaikan bukan berarti bahwa golongan masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk diabaikan atau tidak diikutsertakan.  Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan dan lapisan yang ada di masyarakat, dengan mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya dapat meningkat.
i.        Pemberdayaan (Penguatan) masyarakat
Kemampuan masyarakat diitingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan.  Dengan demikian masyarakat memiliki akses 9peluang dan kesempatan) serta memiliki kemampuan memberikan keputusan dan memilih berbagai keadaan yang terjadi.  Dengan demikian mereka dapat mengurangi ketergantungan terhadap bantuan 'orang luar'.
j.        Santai dan informal
Penyelenggaraan kegiatan PRA bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal sehingga antara orang luar dan masyarakat setempat terjalin hubungan yang akarab, orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat.  Dengan demikian kedatangan orang luar tidak perlu disambut atau dijamu secara adat oleh masyarakat dan tokohnya maupun oleh pemerintah setempat. Orang luar yang masuk harus memperhatikan jadwal atau waktu kegiatan masyarakat, sehingga penerapan PRA tidak mengganggu kegiatan rutin masyarakat
k.      Keterbukaan
PRA sebagai metode dan perangkat teknik pendekatan kepada masyarakat masih belum sempurna, dan belum selesai.  Berbagai teknik penerapannya di dalam praktik masih terus dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat setempat.  Oleh karena itu berbagai pengalaman penerapan tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memperbaiki konsep dan pemikiran serta dalam merancang teknik-teknik baru sehingga sangat berguna dalam memperkaya metode ini.
5.      Struktur program
Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program.  Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut :
  1. Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
  2. Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah dan potensi setempat.
  3. Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
  4. Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan sumberdaya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
  5. Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau.
  6. Penyajian rencana kegiatan guna menddapatkan masukan untuk penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
  7. Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
  8. Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun.
i.        Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll.
6.      Permasalahan PRA
Meningkatnya secara cepat popularitas PRA dikhawatirkan menyebabkan sedemikian terburu-burunya menerima gagasan ini tanpa pemahaman yang cukup mendasar akan prinsip dasar yang ada yang kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu tinggi akan keampuhan PRA.  Oleh karenanya beberapa massalah yang timbul akibat merebaknya penggunaan metode PRA adalah :
a.       Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan dalam forum yang formal tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya.
b.      Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di lapangan tanpa tujuan yang jelas.
c.       Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat.
d.      Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
e.       Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program pengembangan masyarakat.
f.       Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratif).
g.      Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.


CONTOH SOAL :
1)      Definisi dari Participatory Rural Appraisal (PRA)adalah....
a.       Rancangan program yang gayut dengan hasrat dan keadaan masyarakat, dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam menganalisa keadaan masyarakat.
b.      Metode pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata.
c.       Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat.
d.      Pendekatan yang bercita-cita menjadikan masyarakatmenjadi peneliti, perencana, dan pelaksana pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan. 
2)      Yang termasuk dalam Prinsip – Prinsip Participatory Rural Appraisal (PRA)adalah....
a.      Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan, dan informal
b.      Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
c.       Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
d.      Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratif).
3)      Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi masyarakat yang semuanya terkait dengan dana disebut Prinsip PRA .....
a.       Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat
b.      Mengutamakan yang terabaikan
c.       Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku
d.      Optimalisasi hasil
4)      Dalam Prinsip – Prinsip PRA terdapat Konsep triangulasi, dibawah inimana yang merupakan variasi / teknik dari konsep triangulasi.....
a.      Tim PRA yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda dari anggota tim akan memberi gambaran yang lebih menyeluruh terhadappenggalian informasi dan memberi pengamatan mendalam dari berbagai sisi
b.      Masalah dan kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. 
c.       Keperpihakan pada pihak atau golongan masyarakat yang terabaikan bukan berarti bahwa golongan masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk diabaikan atau tidak diikutsertakan. 
d.      Kemampuan masyarakat diitingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan. 
5)      Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, merupakan gambaran umum dari.....
a.       Permasalahan PRA
b.      Prinsip – Prinsip PRA
c.       Struktur program PRA
d.      Tujuan penerapan metode PRA