Sabtu, 03 Mei 2014

Identifikasi Solusi Pemecahan Masalah Seputar Kuantitas, Kualitas, Efisiensi, Efektifitas Dan Relevansi Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau sekolompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk memanusiakan  manusia itu sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.Kedua subjek itu adalah pendidik dan subjek didik.Subjek – subjek itu tidak harus selalu manusia, tetapi dapat berupa media atau alat – alat pendidikan.Sehingga pada pendidikan terjadi interaksi antara pendidik dengan subjek didik guna mencapai tujuan pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke – 102 (1996), ke – 99 (1997), ke – 105 (1998), dan ke – 109 (1999).
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke – 12 dari 12 negara di Asia.Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke – 37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survey dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
Berdasarkan realita di atas terlihat jelasIndonesia tertinggal didalam mutu pendidikan.Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di Negara – negara lain.Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah kuantitas, kualitas, efektifitas, efisiensi dan relevansi pendidikan.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah pada penyusunan makalah ini adalah :Bagaimana solusi pemecahan masalah – masalah seputar kuantitas, kualitas, efisiensi, efektifitas dan relevansi pendidikan?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mendeskripsikan masalah – masalah seputar kuantitas, kualitas, efisiensi, efektifitas dan relevansi pendidikan.
2.      Mengidentifikasi solusi yang dapat diberikan dari permasalahan – permasalahan pendidikan di Indonesia.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Bagi Pemerintah
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
2.      Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3.      Bagi Mahasiswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Masalah – masalah Pendidikan di Indonesia
Permasalahan pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi tercapainya tujuan pendidikan.. Masalah dapat diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Jika apa yang terjadi atau yang tercapai dalam pendidikan tidak seperti yang diharapkan maka masalah pendidikan telah terjadi.Masalah – masalah pendidikan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadikuantitas, kualitas, efisiensi, efektifitas dan relevansi pendidikan.
1.         Masalah kuantitas pendidikan
a.       Jumlah calon murid yang masuk ke satuan pendidikan hubungannya dengan daya tampung yang ada.
b.      Pemerataan dan perluasan belajar bagi anak – anak cacat, kurang mampu, gelandangan/pengemis dan di daerah terpencil.
c.       Masih mahalnya biaya pendidikan
Solusi yang dapat diberikan dari permasalahan masalah kualitas pendidikan di Indonesia adalah :
a.       kebijakan kependudukan yang sukses
b.      peranan masyarakat yang baik
c.       pendidikan di daerah terpencil
d.      penambahan dan rehabilitasi ruangan sekolah
2.      Masalah Kualitas Pendidikan
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk.Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid – muridnya.Dari realita yang ada guru – guru saat ini terlihat kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru – guru lama yang sudah lama mendedikasikan dirinya menjadi guru.Selain berpengalaman mengajar murid, mereka memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan.Belum lagi masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di Indonesia akan hancur mengingat banyak guru – guru berpengalaman yang pensiun.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang.Namun, bagi penduduk di daerah terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar – benar dipakai buat hidup dan kerja.Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
Solusi yang dapat diberikan dari permasalahan masalah kualitas pendidikan di Indonesia adalah :
a.       Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka partisipasi.
b.      Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti ketidakmerataan di desa dan kota, serta gender.
c.       Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata – rata kelulusan dalam ujian nasional.
d.      Langkah keempat, menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
e.       Langkah kelima, membangun infrastruktur seperti menambah jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah – sekolah.
f.       Langkah keenam, meningkatkan anggaran pendidikan.
g.      Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.
h.      Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas pendidikan.

3.      Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan berkenaan dengan proses pengubahan atau transformasi masukan produk (raw input) menjadi produk (output). Salah satu cara menentukan mutu transformasi pendidikan adalah mengitung besar kecilnya penghamburan pendidikan (educational wastage), dalam arti mengitung jumlah murid/mahasiswa/peserta didik yang putus sekolah, mengulang atau selesai tidak tepat waktu.
Jika peserta didik sebenarnya memiliki potensi yang memadai tetapi mereka tidak naik kelas, putus sekolah, tidak lulus berarti ada masalah dalam efisiensi pendidikan. Masalah efisiensi pendidikan juga terjadi di perguruan tinggi.Masalah tersebut dapat diketahui dari adanya para mahasiswa yang sebenarnya potensial tetapi putus kuliah dan gagal menyelesaikan pendidikannya pada waktu yang tepat.
Solusi yang dapat diberikan dari permasalahan masalah efisiensi pendidikan di Indonesia adalah :
a.       Meningkatkan anggaran pendidikan.
b.      Menjaring siswa – siswa yang memang memiliki potensi kemudian memberikan bantuan pembiayaan pendidikan agar tetap dapat melanjutkan sekolahnya dan tetap dapat menikmati fasilitas pendidikan. 
c.       Meningkatkan kualifikasi guru/ dosen.
d.      Penataran bagi para pengelola satuan pendidikan tentang administrasi dan segala sesuatu tentang pendidikan.
4.      Masalah Efektivitas Pendidikan
Masalah efektivitas pendidikan berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidikan dengan dengan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas. Pendidikan merupakan proses yang bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan tertentu, yaitu berupa kualifikasi ideal. Jika peserta didik telah menyelesaikan pendidikannya namun belum menunjukkan kemampuan dan karakteristik sesuai dengan kualifiksi yang diharapkan berarti adalah masalah efektivitas pendidikan.
a.       Meningkatkan kualifikasi guru/ dosen agar mencetak siswa/ mahasiswa yang lulusannya berkompeten sehingga mampu menunjukkan kemampuan dirinya dan berkualifikasi.
b.      Meningkatkan kualifikasi institusi dengan melakukan penilaian secara lebih rutin apakah program yang dijalankan institusi tersebut telah memenuhi kriteria sebagai institusi yang siap mencetak siswa – siswa yang berkompeten.
c.       Meningkatkan penggunaan teknologi informasi agar selalu cepat dan tanggap terhadap perkembangan pendidikan.
5.      Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah ini berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan dengan yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau institusi yang membutuhkan tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk melanjutkan ke satuan pendidikan di atasnya.Masalah relevansi juga dapat diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap untuk bekerja.
a.       Meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan dosen, serta meningkatkan nilai rata – rata kelulusan agar siswa/ mahasiswa lebih semangat dalam proses pembelajaran.
b.      Menambah jumlah jenis pendidikan di bidang kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang dibutuhkan.
c.       Meningkatkan kualifikasi institusi dengan melakukan penilaian secara lebih rutin apakah program yang dijalankan institusi tersebut telah memenuhi kriteria sebagai institusi yang siap mencetak siswa – siswa yang berkompeten.
d.      Kerjasama dengan masyarakat industry.
e.       Penyesuaian kurikulum dengan kubutuhan lulusan.

B.     Solusi untuk Mengatasi Masalah Pendidikan di Indonesia dari Perspektif Manajemen Pendidikan
1.      Tenaga kependidikan sebagai figur utama proses pendidikan
Masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan merupakan masalah yang sangat mendesak untuk mendapatkan pemecahan.Sebab jika masalah tersebut dibiarkan agar lahir generasi – genarasi penerus yang yang tidak bisa diandalkan untuk menghadapi kompetisi global. Jika hal demikian betul – betul terjadi maka bangsa Indonesia akan semakin terpuruk.
Upaya memecahkan masalah pendidikan hendaknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem.Dengan pendekatan ini pendidikan dipandang sebagai suatu sistem, suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan untuk mencapai suatu tujuan. Dari berbagai komponen sistem pendidikan, yaitu : peserta didik (raw input), instrumental input termasuk di dalamnya tenaga kependidikan, dan environmental input, dari perspektif manajemen pendidikan komponen tenaga kependidikan merupakan komponen yang penting untuk dibahas.
Sampai sekarang dan juga untuk waktu – waktu yang akan datang figur tenaga kependidikan, termasuk para guru, kepala sekolah, dosen, dan pimpinan perguruan tinggi merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan meskipun konsep yang dianut sekarang adalah pendidikan berpusat pada peserta didik. Fakta menunjukkan bahwa meskipun raw input berkualitas tetapi jika ada masalah pada tenaga kependidikan, baik secara kuantitas maupun kualitas akan menyebabkan rendahnya kualitas output .
Kenyataan sebagaimana tersebut di atas juga dipertegas dengan adanya fakta bahwa untuk menilai tingkat kelayakan atau kualitas institusi pendidikan salah satu komponen penting yang dijadikan sasaran adalah komponen tenaga kependidikan baik dari segi kuantitas dan terutama dari segi kualitas.
2.      Tenaga kependidikan sebagai manajer pendidikan
Tenaga kependidikan, terutama kepala sekolah atau pimpinan institusi pendidikan merupakan manajer – manajer pendidikan. Sebagai manajer pendidikan tugas utama mereka adalah mengupayakan agar kegiatan pendidikan dapat menghasilkan tujuan – tujuan pendidikan secara efektif dan efisien, melalui proses yaitu manajemen pendidikan.
Menurut Terry (Ngalim Purwanto, 2006: 7), manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan –tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya. Jika proses tersebut dilakukan dalam bidang pendidikan dan untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan maka disebut sebagai manajemen pendidikan.
Manajemen merupakan inti dari administrasi (Ngalim Purwanto, 2006: 8). Sedangkan administrasi pendidikan adalah proses pengerahan dan pengintegrasian segala sesuatu, baik personil, spiritual, maupun matrial, yang bersangkutpaut dengan pencapaian tujuan pendidikan (Ngalim Purwanto, 2006: 3). Dengan demikian setiap tenaga kependidikan berperanan sebagai administrator.Dan sebagai administrator dirinya harus mampu berperan sebagai manajer pendidikan.
Dari perspektif manajemen pendidikan, masalah – masalah pendidikan dapat terjadi jika tenaga kependidikan tidak mampu menjalankan perannya dengan baik sebagai manajer pendidikan. Sebagai manajer pendidikan setiap tenaga kependidikan terlebih lagi untuk setiap pemimpin institusi pendidikan harus mengembangkan kemahiran dasar yang oleh Rex F. Harlow (Sarwoto, 1998: 47) dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a.       Kemahiran teknis (technical skill) yang cukup untuk melakukan upaya dari tugas khusus yang menjadi tanggung jawabnya.
b.      Kemahiran yang bercorak kemanusiaan (human skill), yang diperlukan untuk bekerja dengan sesamanya guna menciptakan keserasian kelompok yang efektif dan yang mampu menumbuhkan kerja sama diantara anggota-anggota bawahan yang dia pimpin.
c.       Kemahiran menganalisis situasi dan permasalahan dengan konsep-konsep ilmiah yang relevan (conceptual skill), yang dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan dan bertindak secara tetap.
3.      Masalah pendidikan dan kualitas manajemen pendidikan
Dari perspektif manajemen pendidikan, masalah pendidikan dapat terjadi jika kepala sekolah dan juga para guru tidak mampu menjadi manajer –manajer pendidikan yang baik. Masalah tersebut bisa saja terjadi karena :
a.       Dirinya tidak memiliki pengetahuan yang memadai mengenai konsep –konsep manajemen pendidikan
b.      Dirinya kurang memahami konsep – konsep dasar pendidikan
c.       Dirinya tidak atau kurang memiliki kemampuan dan karakteristik sebagai manajer pendidikan, sehingga tidak mampu menjalankan peran sesuai dengan statusnya.
Masalah kualitas manajer pendidikan seperti itu bisa terjadi karena kesalahan dalam penempatan.Seorang yang sebenarnya belum atau tidak siap untuk menjadi pemimpin karena faktor tertentu dia diangkat menjadi kepala sekolah.Masalah – masalah pendidikan juga dapat terjadi jika para pemimpin institusi pendidikan lebih banyak menempatkan dirinya sebagai kepala dan bukan sebagai pemimpin.Sebagai kepala mereka bertindak sebagai penguasa, hanya bertanggung jawab pada pihak atasan, dan melakukan tugas-tugas karena perimintaan atasan. Jika kepala sekolah lebih banyak bertindak sebagai kepala maka dirinya akan kesulitan memberdayakan semua personal yang ada agar tujuan pendidikan tercapai.
4.      Solusi terhadap masalah pendidikan dengan manajemen kinerja guru
Jika masalah – masalah pendidikan disebabkan oleh faktor manajemen maka upaya yang paling tepat untuk mencegah dan mengatasi adalah dengan meningkatkan kualitas manajemen pendidikan.Kualitas manajemen dapat meningkat jika para manajer – manajer pendidikan berusaha untuk meningkatkan kemampuannya.
Seringkali terlontar pernyataan bahwa kualitas pendidikan sulit untuk ditingkatkan karena kurangnya dukungan dana. Namun ada fakta yang menunjukkan bahwa dana yang cukup bahkan lebih ternyata tidak berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Hal demikian dapat terjadi karena kepala sekolah tidak atau kurang mampu memberdayakan semua sumber yang ada, khusunya sumber daya manusia.Demikian juga halnya dengan peranan guru di sekolah sebagai manajer pendidikan, hambatan yang terjadi adalah kurangnya kemampuan untuk memberdayakan semua sumber belajar yang ada agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Untuk mengatasi masalah di atas salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah melalui peningkatan manajemen kinerja kepala sekolah dan guru.Dalam perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance management) yang baik.






DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas.“Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005- 2009”. Tersedia pada : http://www. ktsp.diknas.co.id/ktsp sd/ppt3.
Joni, T. Raka. (2005) Resureksi Pendidikan Profesional Guru. Malang: LP3 UM-Cakrawala Indonesia.
Mulyasa. (2002) Kurikulum Berbasis Kompetensi : Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. (2006) Administrasi dan Supervisi Pendidikan.Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Redja Mudyahardjo. (2001) Pengantar Pendidikan : Sebuah Studi Awal tentang Dasar-dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar